Derajat Lateritisasi dan Pengkayaan Fe-Ni-Co Pada Batuan Harsburgitdi Pulau Sebuku Kalimantan Selatan
DOI:
https://doi.org/10.1234/p3bjfn37Kata Kunci:
harsburgit , derajat lateritisasi, limonit, saprolit, Fe-Ni-CoAbstrak
Iklim tropis di Indonesia menyebabkan tingginya tingkat pelapukan kimiawi atau lateritisasi pada batuan ultrabasa menghasilkan pengkayaan unsur-unsur logam ekonomis diantaranya Fe, Ni, dan Co yang terakumulasi pada zona limonit maupun saprolit. Penelitian ini dilakukan di Pulau Sebuku yang didominasi oleh batuan ultramafik diantaranya adalah harsburgit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh derajat lateritisasi pada zona limonit, saprolit, dan batuan asal terhadap pengkayaan Fe, Ni, dan Co. Sebanyak 95 sampel diambil dari 9 lubang bor dianalisis menggunakan XRF untuk mengetahui unsur utama dan unsur ekonomis. Derajat lateritisasi dihitung dari kandungan SiO2 dibagi dengan akumulasi total SiO2, Al2O3, dan Fe2O3 atau S/SAF index menggambarkan intensitas dari reaksi kimia. Nilai terendah dari S/SAF index menunjukkan derajat lateritisasi yang lebih tinggi. Masing-masing zona limonit, saprolite, dan batuan dasar memiliki nilai indeks S/SAF berkisar dari 0,16–0,58 (lateritisasi kuat), 0,27-0,85 (lateritisasi sedang-kaolinisasi), dan 0,77-1,24 (batuan induk). Zona dengan derajat lateritisasi kuat mengandung kadar Fe antara 36-51%, Ni 0,80–1,38%, dan Co 0,07-1,17 %. Harsburgit mengandung kadar Fe 4,86–7,99 %, Ni 0,20-1,76 %, dan Co 0,005-0,015 %. Derajat lateritisasi di zona limonit lebih tinggi dibandingkan dengan zona saprolit dan batuan dasar harsburgit disebabkan oleh dekomposisi dari mineral silika, pembentukan mineral sekunder pembawa besi dan aluminium oksida-hidroksida. Derajat lateritisasi memiliki hubungan positif dengan pengkayaan Fe dan Co, tetapi tidak berkorelasi terhadap pengkayaan Ni.
Unduhan
Referensi
Ahmad, W. (2008). Nickel laterites—Fundamentals of chemistry, mineralogy, weathering processes, formation, and exploration. Vale Inco–VITSL.
Aquino, K., Arcilla, C., Schardt, C., & Tupaz, C. (2021). Linking serpentinization and weathering of peridotit: A study on the mineralogical and geochemical evolution of the Sta. Cruz nickel laterite deposit, Zambales, Philippines.
Butt, M. Cluzel, D., 2013, Nickel Laterite Ore Deposits: Weathered Serpentinites, Elements v.9, pp 123-128.
Marsh, E. Anderson, Eric. Gray, F., 2013, Nickel-cobalt laterites - A deposit model, chap. H of Mineral deposit models for resource assessment: U.S. Geological Survey Scientific Investigations Report 2010–5070–H, 38 p.
OGURA, Y. (1977). Mineralogical Studies on the Occurrence of Nickeliferous Laterite Deposists in the Southwestern Pacific Area. Mining Geology, 27(146), 379-399.
Robb, L. (2005). Introduction to ore-forming processes. John Wiley & Sons.
Rollinson, H. R. (2014). Using geochemical data: evaluation, presentation, interpretation. Routledge.
Rustandi, E., Nila, E.S., Sanyoto, P. dan Margono, U. 1995. Laporan Geologi Lembar Kotabaru, Kalimantan Selatan Skala 1:250.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Streckeisen, A.L. (1973) Plutonic Rocks: Classification and Nomenclature Recommended by the I.U.G.S. Sub-Commission on the Systematic of Igneous. Rocks, Geo, Times, 18, 26-30.
Taylor, R.M., McKenzie, R.M., Norrish, K. 1964. The mineralogy and chemistry of manganese in some Australian soils. Aust. Jour. Soil. Res.2, p.235-248. Australia.
----------, 2022. Neraca Sumber Daya dan Cadangan Mineral dan Batubara Indonesia Tahun 2022, Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi, Badan Geologi, Bandung.
File Tambahan
Diterbitkan
Versi
- 2024-10-16 (2)
- 2024-10-16 (1)
Terbitan
Bagian
Lisensi
Hak Cipta (c) 2024 Journal PEP Bandung

Artikel ini berlisensi Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.